Pada satu waktu dalam kehidupan… Pasti kita menjumpai posisi dimana kita harus memutuskan keputusan yang sulit… khususnya tentang karir dan jalan hidup yang akan ditempuh.
Setiap orang mempunyai pandangan mereka masing-masing bergantung pada keyakinan (jiwa) yang ia bentuk dan situasi yang ia hadapi. Yang aku amati dari melihat situasi banyak orang… Ada banyak spektrum pada jiwa seseorang, yang membuat ia yakin pada suatu hal saat dia dikasih kesempatan untuk memilih.
Orang yang paham tentang jiwanya sendiri cenderung memiliki kepercayaan diri yang kuat dan rasa bersyukur yang tinggi.. karena setiap pilihan yang dia ambil memiliki landasan yang kuat… dan tidak gampang digoyahkan meski terpengaruh dengan situasi dunia luar.
Aku sedang memikirkan bagaimana caranya agar orang tahu “nada” pada jiwanya masing-masing. Apa yang membuat ia ingin mengambil keputusan itu? Apa yang membuat ia bisa tatag pada keputusan itu?
Konsep berikut merupakan hasil logika ku… Aku belum melakukan riset yang mendalam untuk ini… Namun, cukup masuk akal bagiku dan semoga bisa dicerna oleh banyak orang.
Tiga Spektrum Jiwa
Aku merumuskan tingkat spektrum jiwa berdasarkan pada tingkat resiko yang ingin dia ambil:
- Mandiri
- Aman
- Berdampak
Perlu dicatat…. tidak ada spektrum jiwa yang lebih baik daripada satu sama lain. Tujuan dari artikel ini adalah mengidentifikasi jenis jiwa apa yang membalut didalam dirimu. Jika anda membaca salah satu dari tiga spektrum tersebut dan menemukan salah satu lebih “senada”, kemungkinan jiwamu lebih kuat disitu… dan semoga kamu dapat memahami kelebihan dan kekurangan dari masing-masing spektrum itu.
Mandiri (Independent)
Orang yang jiwanya mandiri adalah orang yang pada dasarnya ingin berdiri tanpa ketergantungan oleh siapapun, dan juga cenderung tidak ingin terikat kebutuhannya dengan orang lain. Ini tidak berarti ia itu selfish… ia bisa jadi suka membantu orang… Meski juga berhati-hati agar ia tak mudah dimanfaatkan.
Kekuatan yang ada orang-orang yang mandiri adalah mereka otodidak… Mampu bergerak sesuai kemauan meski tidak ada yang membantu. Ketika dikasih intruksi untuk melakukan suatu hal, mereka hanya perlu diberitahu seperlunya saja, dan dia akan berjalan sendiri sesuai nada keyakinannya. Pada umumnya, orang yang independen seperti ini mempunyai arah pandangan karir yang jelas. Pandangan tersebut sebagian besar menginfluensi jalan karir mereka, mereka terbiasa untuk menolak apabila tidak sejalan dengan keyakinannya.
Kelemahan dari orang yang mandiri ialah ia susah dinasehati. Memang ada orang independen yang suka menerima nasehat, namun apabila itu keputusan yang sulit… saran itu akan membuat ia berpikir dua kali. Orang yang mandiri cenderung ambisius, dan cenderung menjadi seorang yang matcher (aku memberi sebatas yang aku minta) apabila berinteraksi dengan orang lain… Karena POV (point of view) utamanya adalah “saya”…. “Apakah ini baik untuk saya?”.
Perlu diperhatikan bahwa orang yang jiwanya mandiri… Meski memiliki kepercayaan diri yang tinggi, terkadang dia akan bertanya pada keyakinannya sendiri… Terlebih apabila jalan hidupnya tidak berjalan sesuai dengan rencananya. Apabila itu terjadi, mereka cenderung memilih bertahan sambil meningkatkan kesempatan dengan mengorbankan waktu… Meski itu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Tidak semua situasi seperti ini adalah buruk… Karena, beberapa orang sukses justru lahir dari orang-orang yang pantang menyerah.
Orang mandiri apabila bertemu pada kegagalan atau butuh advice… dukungan moral adalah dukungan yang paling efektif yang dapat diberikan. Dukungan seperti itu lebih dihargai daripada dukungan action (membantu secara aktif). Hindari menutur orang yang mandiri untuk menyerah atau melawan keyakinannya. Tentu ini tergantung situasi… dukungan berupa arahan atau material masih tetap dibutuhkan… apalagi saat mereka yang meminta.
Aman (Safe)
Orang yang jiwanya suka mencari tempat yang aman adalah orang yang simple-minded (berpikir sederhana). Orang yang jiwanya aman lebih cenderung tidak memikirkan lebih dari apa yang ia butuhkan. Bukan berarti suka pasrah… Mereka sengaja tidak memprioritaskan idealisme mereka sendiri demi suatu keperluan lain…. Contohnya menjaga keluarga.
Kekuatan yang ada pada orang ini adalah humble (ramah) dan jarang mengeluh. Mereka cenderung risk averter (menghindar dari ketidakpastian) dan lebih memprioritaskan keluarga dan/atau pekerjaan yang stabil. Pandangan seperti ini merupakan pandangan essential yang harus ada pada setiap keluarga, khususnya yang menjadi tulang punggung. Mereka mempunyai tingkat stres yang minim dan bebas dari tekanan luar. Menanjak dalam karir masih merupakan pilihan mereka… meski bukan prioritas… mereka lebih suka berkembang seperti sungai yang mengalir… Konservatif dan tidak terburu-buru.
Kelemahan dari orang yang mempunyai ini adalah terkadang dapat tergoyah keyakinannya dalam hal kesenjangan sosial… Apa yang dipandang kurang oleh society sekitarnya akan membuat ia tersinggung. Pondasi dasar dari orang yang jiwanya aman adalah tingkat rasa kekeluargaan dilingkungannya… Yang juga berarti bahwa standar sukses mereka tergaris setinggi apa yang dibayangkan dalam lingkungan atau keluarga tersebut. Rasa kesenjangan sosial yang muncul sebenarnya dapat dielak dengan komunikasi yang baik dan lingkungan suportif dalam lingkup keluarga mereka masing-masing.
Dikarenakan standar yang mereka gariskan biasanya rendah atau relatif mudah untuk dijangkau, maka effort yang dilakukan untuk meraih kehidupan yang “stabil” itu juga minim…. Mager (malas gerak) adalah efek samping dari orang yang mempunyai jiwa aman… Terlebih jika mereka sudah settle pada kehidupan yang aman. Masalahnya… berapa lama waktu yang terbuang karena santainya kehidupan mereka?
Oleh karena itu, yang jarang digaris bawahi oleh mereka… Adalah seberapa rapuh kehidupan yang “stabil” itu dapat terjaga. Pasti ada suatu hal yang terjadi dan itu diluar kemampuan normal, sehingga mereka bergantung pada backup plan yang tersedia, entah itu terpikirkan dari dulu atau tidak.
Inilah mengapa, apabila ada orang yang memiliki jiwa aman namun dilanda situasi yang sulit… Sebaiknya jangan dimotivasi untuk move out of comfort zone (mencoba keluar dari zona nyaman) karena itu bikin mereka kepikiran dan mereka tidak akan bisa berpikir jernih saat dilanda kesulitan… Cukup ingatkan dan berikan arahan dan jika perlu…. beri bantuan material. Biasanya, saat situasinya memadai mereka lebih mudah menerima saran… dikarenakan tujuan mereka sebagai orang “sukses” itu cukup realistis dan relatif mudah untuk dipahami bagi banyak orang.
Berdampak (Impactful)
Orang yang jiwanya ingin mencari dampak positif yang besar adalah orang yang sulit dipahami dikarenakan jiwa causality mereka melebar diluar diri mereka sendiri beserta orang-orang didekatnya. Orang yang memiliki jiwa yang berdampak umumnya adalah givers (suka memberi) yang apabila orang itu terlibat dalam suatu diskusi, POV yang ditekankan adalah “kita”… Secara objektif memberikan solusi yang terbaik pada dua pihak yang terlibat… Siapapun lawan bicara itu.
Kekuatan yang ada pada orang ini adalah mereka cenderung open minded (pikiran terbuka), karena menyelesaikan masalah diluar mereka sendiri itu perlu banyak pengalaman. Oleh karena itu, mereka cenderung mempunyai analisis logika atau reasoning yang kuat… serta tahu dimana letak kekuatan dan kelemahannya secara spesifik. Orang-orang yang memiliki jiwa berdampak biasanya mempunyai ambisi yang tinggi dan apabila sudah settle, mereka justru makin ambisius. Seringkali mereka punya lebih dari satu tanggung jawab dan terkadang overwork (melemburkan diri) mereka sendiri agar tujuan itu terwujud… Dalam bahasa modern ini disebut sebagai hustling.
Kelemahan dari orang-orang yang berdampak adalah mereka objektif dan eksploratif. Terkadang jalan yang mereka tempuh adalah suatu kegagalan dan apabila itu terjadi mereka gagal luar biasa. Orang-orang yang objektif dan berada di posisi diatas orang banyak… biasanya musuhnya akan banyak, dikarenakan mereka akan mendobrak segala hal yang tidak benar (breaking the status quo) dan merugikan orang-orang yang mempunyai pandangan subjektif. Ini juga terjadi apabila mereka jadi pengusaha… Mereka tergolong sebagai pekerja yang ulet dan mengutamakan win-win solution demi customer atau client, dalam kasus ini mereka akan mendistrupsi market dan mereka tidak peduli meski disitupun sudah didominasi oleh big players, membuat antara mereka sendiri atau kompetitornya dalam resiko tinggi.
Orang-orang yang mempunyai pengaruh tinggi dalam suatu industri atau masyarakat kebanyakan tergolong mempunyai jiwa ini… Kebanyakan dari mereka merupakan orang tua yang buruk dikarenakan sedikitnya waktu luang mereka untuk orang-orang terdekat termasuk keluarganya. Namun, ia dapat menjadi sumber teladan yang baik. Hal itu diperlukan relatif dengan resiko yang mereka ambil. Tak heran mereka mengisolasi diri saat itu diperlukan. Tak heran juga mereka sering bermain the long term game (berpikir jangka panjang) agar dapat menyiapkan backup plan untuk mempersiapkan segala kemungkinan terburuknya.
Yang bagus dari orang yang mempunyai jiwa ini adalah mereka relatif mudah untuk menerima advice. Apabila ditawarkan sesuatu juga tidak akan sungkan menerima selama itu tidak memberatkan (win-win) untuk kedua pihak. Namun, ada kalanya mereka perlu memfilter advice secara objektif melalui nalar dan logika… apalagi yang tidak terpikirkan sebelumnya. Orang seperti ini jika tidak dilengkapi dengan pengalaman yang beragam ia akan menjadi orang yang gak enakan… Bahkan relatif mudah untuk ditipu.
Orang seperti ini jika bertemu pada kegagalan mereka akan belajar dari pengalaman pahit. Hal yang dapat membuat mereka tangguh adalah pengalaman yang mereka pelajari… Entah itu dari cerita orang lain atau buku ataupun film. Jangan beritahu mereka untuk slow down atau pasrah apalagi tidak ada alasan logisnya atau yang membicarakan tidak ada sangkut pautnya dengan problem mereka… Karena kemungkinan besar mereka akan menantang itu. Orang seperti ini akan mencoba segala kemungkinan karena cepat atau lambat mereka tahu bahwa waktu itu sangat berharga… Kesempatan yang hilang lebih membuat mereka sakit daripada mencoba kemudian gagal.
Yang Manakah Jiwamu?
Ada kemungkinan besar bahwa saat membaca profile jiwa masing-masing diatas, banyak hal yang “senada” dan mungkin tiga-tiganya itu ada padamu. Aku tidak akan menyangkal ini… Karena jiwa setiap orang itu full spektrum, gabungan antara satu dua atau bahkan semuanya. Sangat kecil kemungkinannya kalau kamu terpolarisasi ke satu jenis jiwa saja. Profile yang aku deskripsikan diatas merupakan bayanganku apabila masing-masing berada pada titik ekstrimnya.
Meski full spektrum, setiap orang pasti mempunyai tingkat jiwa yang berbeda-beda. Salah satu dari tiga spektrum tersebut pasti ada yang menonjol daripada yang lain, dan itu merupakan faktor besar yang pasti mempengaruhi pilihan karir mereka kedepannya.
Kita ambil contoh… Semua orang setuju… kalau kekurangan uang maka mencari pekerjaan merupakan prioritas utama…. kalau ada keluarga sakit maka menjaga mereka adalah prioritas utama. Contoh seperti itu bukan jiwa yang mendorong, melainkan akal dan emosional. Tidak peduli spektrum jiwa mana yang lebih condong ke apa.
Spektrum jiwa akan berpengaruh besar apabila seseorang berada di puncak roda kehidupan… Entah itu sukses sesukses-suksesnya atau gagal segagal-gagalnya.
Kita ambil contoh… Orang yang kehidupannya relatif stabil mendapatkan uang kaget… katakanlah menang lotre dan uang milyaran berada pada genggamannya. Apa yang akan terjadi pada sebagian besar uang itu?
- Jiwa yang mandiri: Diputar untuk investasi… Entah itu investasi tanah, stocks atau crypto.
- Jiwa yang aman: Meningkatkan gaya hidup… Entah itu renovasi rumah, beli mobil atau jalan-jalan.
- Jiwa yang berdampak: Membuka usaha baru… Entah itu startup, konglomerasi atau nonprofit.
On the flip side, kecondongan jiwa seseorang pun berpengaruh pada apa yang biasa mereka overthinking-kan. Cobalah berbaring sejenak selama beberapa menit… Apa yang kamu pikirkan?
Menurutku… Akal manusia di zaman ini adalah fenomena yang unik. Meski sudah terjamin kualitas hidupnya.. Bisa makan dan tidur tanpa berpikir besok makan apa, kita masih bisa berpikir… masih ingin berpikir lebih luas dari itu. Masih ingin lebih dari itu.
Hebatnya lagi, meski sama-sama manusia.. yang terpikirkan itu berbeda-beda. Aku mencoba berdiskusi dengan banyak teman mencoba memasukkan mindset yang aku punya… Kebanyakan akan mental (memantul/mengelak), karena jiwanya “tidak kompatibel”. Meskipun demikian, isi jiwa seseorang bukanlah tolak ukur keabrakan seseorang… Yang menjadi faktor orang bisa akrab satu sama lain adalah respect terhadap kekurangan dan kelebihan masing-masing serta mengerti apa yang dibutuhkan seseorang saat itu.