Sebenarnya aku jarang banget mau mikirin atau mempermasalahkan hal skripsi, bahkan sampai kuseret permasalahannya disini. Namun dilihat situasinya dengan kacamata elang, ini adalah situasi unik yang spesifik hanya terjadi di perkuliahan angkatan ku, Angkatan 18 Informatika UTM
Diskusi ini dimulai saat aku bimbingan skripsi hari ini. Karena setelah pembahasan panjang, target maju sidang ku dipastikan minimal mundur 1 bulan dari prediksi awal. Sebenarnya pembimbingku mau nyindir… Mau maju kapan lagi kalo temen seangkatanku “pastinya banyak” yang udah maju duluan semester ini?
Situasinya terbalik saat aku bilang, “Yang sudah sidang bisa dihitung jari”.
Biar ku ulangi lagi… dari 140+ orang di angkatanku, kurang dari 10 orang sudah dinyatakan lulus. Padahal sekarang mendekati penghujung semester 9.
Bagaimana bisa?
Pembimbingku merupakan dosen yang sangat senior, jadi kami saling berdiskusi apa, bagaimana, kenapa hal ini bisa terjadi.
Banyak sebenarnya yang ingin aku utarakan, namun aku cukup menyimpulkan “Ini masalah komunikasi”, dan kami meneruskan diskusi berdasarkan asumsi itu.
Sebelum membawa artikel ini ke suasana yang berat dan penuh spekulasi, aku ingin menyampaikan kesimpulan dari diskusi itu buat orang yang lagi stuck sama skripsinya:
- Jika kamu stuck dengan revisian dari penguji, minta bantuan pembimbing, karena itu sudah tugas mereka. Kalau bingung mau ngomong apa, jangan diam atau mondar mandir sebatas chat online. Buat dirimu sendiri vulnerable dengan diskusi offline yang serius dan to the point.
- Judul yang sudah kamu pilih adalah tanggung jawab dirimu sendiri. Jadi, perjelas sejelas jelasnya kenapa memilih judul itu, apa tujuannya. Jika implementasi dan tulisan kebawah sudah ditulis dan berubah semenjak proposal dari awal, pastikan Bab I masih merefleksikan maksud dari skenario pengujianmu, jika tidak, rubah Bab I nya sampai nyambung sama bab III.
- Persiapkan sematang mungkin sebelum maju, jangan terbawa suasana karena di “Iya in” doang sama pembimbing. Karena pembimbingmu juga punya banyak agenda, ada kalanya beliau capek apalagi kalau diskusinya mondar mandir. Hargai waktu beliau dengan diskusi yang terfokus dan jelas. Jika tidak bisa offline, minimal ajak untuk diskusi via meeting, karena ketelitiannya akan kerasa beda saat pembimbingmu bisa fokus ke skripsimu. Jangan sampai kamu teledor dan saat maju tidak bisa menghadapi situasi, karena kalau pembimbingmu sampai angkat bicara, itu sudah pasti tidak etis dan rawan menimbulkan masalah baru yang diluar kendalimu.
Di pikir seksama lagi, memang iya, segala hal yang membuat skripsi ruwet bertumpu pada mahasiswanya sendiri. Tapi apakah itu benar?
Opiniku
Sebelum berbicara tentang hal-hal yang berbau negatif. Aku ingin mengajakmu ngaca dulu, memikirkan hal-hal positif kenapa kuliah informatika di UTM itu pilihan yang bagus sekali, berkaca dari pengalamanku.
Yang Bagus Dulu…
Trunojoyo adalah kampus negeri yang cukup strategis. Terlihat seperti jauh dari peradaban namun kekampus gak pernah lebih dari 10 menit, opsi kosan deket dan murah masih banyak. Selain itu, spesifik untuk informatikanya, aku bisa bilang ini informatika yang manja banget. Nulis laporan hampir gak niat masih aja di ACC. Komplotanku, kalo lagi ujian, kuis atau bahkan live code, kerjasamanya kompak banget. Hal-hal seperti ini terlihat seperti konotasi negatif, namun kebebasan seperti ini, bikin banyak waktu luang, jika di manfaatkan sebaik-baiknya, bikin bawa pengaruh lebih banyak daripada kuliahnya doang.
Kalau aku sendiri, saking gabutnya kuliah (dan dikitnya kompetisi karena orang pinter gak doyan milih UTM), sampe bisa magang di rektorat pas smt 2 dan 3, sambil nerima jokian dan project, join banyak project dosen, sampe bikin komunitas dan startup. Itu aja sebelum pandemi pas semester 4. Pas pandemi makin gabut lagi, project makin gila lagi. Sampai dititik dimana aku bisa dapat kerja yang mayan bahkan sebelum lulus. Aku yakin banyak orang pinter lain yang bisa memanfaatkan situasi ini, tergantung seberapa ekstrem gabutnya mereka.
Bagian Uniknya
Semester 7 itu waktu yang ideal mikirin skripsi… Seharusnya.
Namun, saat itu lagi naik-naiknya pandemi. Saat itu aku sendiri punya situasi di keluarga ku sendiri yang bikin aku gak bakal bisa fokus sama skripsi apa lagi hal-hal lain. Saat itu aku tahu pasti skripsiku bakal molor sendiri karena aku kalah start 1 semester… Atau itu hanya firasatku saja.
Semua orang dalam angkatanku punya dramanya masing-masing sehingga perkuliahannya molor entah itu 1 atau 2 semester, tapi bagaimana bisa cuma menyisakan kurang dari 10 orang yang lulus tepat waktu?
Aku kurang info untuk menarik kesimpulan pasti, karena setelah pandemi ini semua orang basically sudah mencar-mencar, bahkan sekarang aku di posisi di daerah kampus jarang banget ketemu teman seangkatan. Namun, menarik kesimpulan dari beberapa orang yang sudah maju proposal bahkan dari setahun yang lalu dan nggak maju-maju buat sidang, ada satu hal yang bikin mereka enggan untuk cepat maju meski pengen: Pengujinya galak… Atau paling tidak itu perspektif dari mereka.
Saat aku berdiskusi saat itu, bahkan aku sudah bilang penguji yang ditakutkan itu ya… Pembimbingku itu.
Tapi aku paham mengapa beliau harus ketat seperti demikian, dan itu sudah diceritakan dari minggu-minggu dulunya, sehingga dapat memastikan bahwa lulusan informatika UTM itu banyak yang unggul dan membuat peluang pekerjaan lebih bagus buat adik-adik kelasnya (penguji yang lain katanya juga sepakat tentang masalah ini)…
Namun perubahan itu entah muncul sejak kapan… Beberapa tahun silam perasaan, aku masih ingat Angkatan 16 skripsinya gampang-gampang. Ada yang Web, Android, Arduino dengan penghitungannya yang sederhana banget ternyata bisa lulus.
Apakah karena Angkatan 17 banyak orang pinternya sehingga angkatan itu dan bawahnya kena imbasnya… Bahwa skripsinya harus pakai data dan mengandung machine learning semua… Hehehe, gak ada yang tau.
Angkatan Bawah
Trunojoyo kembali normal sejak awal semester ini (Agustus 2022) dan banyak sekali kafe baru terbuka. Saat itu MABA lagi menyerang, banyak banget yang kesulitan cari kosan, aku kira tahun ini bakal berubah banget suasananya kayak di Surabaya, ternyata sama saja.
Namun, bulan ini saja, banyak sekali angkatan 19 sudah rajin mendaftar maju proposal, gak sebanyak angkatan 18 tahun lalu, bahkan yang maju di bulan tahun ini masih kalah jumlahnya.
Faktor utama yang aku lihat, ya karena angkatan 18 memang sudah mencar sih. Saat aku ke lab, gak pernah nongol angkatan 18, kecuali ada sih, 1-2 orang cuma mencari tanda tangan. Selebihnya gak ada, kebanyakan angkatan 19 sama 20. Angkatan 21 apalagi 22 sudah diluar radar, aku gak kenal sama sekali.
Padahal hingga aku menulis ini, gak sampai separuh dari angkatan yang sudah maju proposal.
Agak miris… Namun bagaimana lagi.
Little Warning For You
Kalau kamu temanku yang lagi stuck atau sengaja gak peduli sama skripsi tapi baca artikel ini…
Simak baik-baik.
Resesi 2023 kadang bikin orang panik. Akupun juga agak ikut panik. Perusahaan ditempat ku kerja baru saja ngadain layoff besar-besaran.
Namun jika sampai tahun ini masih belum ada terbesit untuk segera lulus, tahun depan godaannya makin besar. Masa depan gak ada yang tau. Payung waktumu hanya dapat menahan hujan deras sederas yang bisa kamu/keluargamu persiapkan.
Aku gak bilang lulus skripsi itu kunci dari segalanya. Banyak lowongan pekerjaan yang gak perlu harus lulus S1. Masalahnya, ego dalam diri itu pasti susah dihilangkan. Siapa yang melarang mahasiswa informatika kerja jadi kasir indomart atau barista kafe? Gaada yang ngelarang, tapi gaada yang mau juga.
Jika kamu masih bingung antara mau ngurus skripsi atau kerja dulu. Selesaikan skripsi itu sekarang, sebelum waktu mengharuskanmu belok ke jalan lainnya.