Sore kemarin aku mengendarai sepeda motor menyeberangi jembatan Suramadu. Awalnya mataku awas, tapi saat melandai, tidak sengaja aku tertidur dalam kondisi microsleep sejauh 1-2 kilometer.
Itu adalah rekor yang diluar nalar… Bisa dibilang kartu keberuntunganku terbakar habis setelah itu. Insecurity-ku berkata aku harus berubah karena kartu As-ku sudah terbuka… Fatal kalau aku melakukannya lagi š¤£š„²
Tapi aku setuju…. Tidak ada hikmahnya membiasakan begadang. Urbanisasi menuntut kita untuk demikian namun evolusi masih tidak bisa mengejarnya… dengan kata lain, sistem biologis kita tidak didesain untuk begadang.
Bak seperti sepeda bebek dipaksa lari sekencang ninja, begadang pasti tidak dibagus untuk tubuh. Manusia didesain untuk tidur 2-3 jam setelah matahari terbenam. Namun, ibarat seperti anak kecil yang susah untuk diajak pulang dari bermain sebelum gelap, sering kali kita suka melampaui itu.
Efek Samping
Aku sering kali merasakan, jam 9 malam keatas adalah waktu yang sulit untuk diajak produktif dibandingkan jam normal, seakan-akan pikiranku mudah untuk terbang kemana-mana. Sampai-sampai ada meme yang mengatakan jangan pernah mempercayai feeling-mu diatas jam 9 malam.
Sisi positif dari begadang menurutku cuma ini:
Hari yang aku sering aku paksa bedagang itu bukan weekend, justru hari minggu, karena besoknya senin, jadinya kalau aku kerja di hari senin aku sering beralasan “adjusting from long weekend” jika performaku turun karena itu.
Jika dua meme itu masih belum meyakinan untuk anda menghindar dari begadang… Ada beberapa studi mengatakan bahwa begadang adalah sumber kanker dan efeknya mirip seperti mengonsumsi alkohol, dengan kata lain kesehatan anda tidak lebih baik daripada pecandu rokok atau alkohol jika membiasakan begadang seperti ritual sehari-hari.
Tapi saya Insomnia!
Cara paling efektif untuk melawan insomnia adalah hidup di kehidupan seperti ini:
Evolusi membutuhkan 2 juta tahun untuk mengubah kera menjadi manusia, sedangkan bohlam ditemukan 200 tahun silam untuk mengubah orang menjadi industrialis. Artinya evolusi kita masih sangat lambat untuk mengejar itu. Meski banyak orang mengaku sebagai titisan kelelawar (nokturnal/suka begadang), itu sebenarnya menunggu waktu hingga mesin di tubuhnya legrek… memang tubuh manusia bisa dirancang untuk sefleksibel itu tapi tetap saja itu tidak baik untuk jangka panjang.
Yang membedakan antara jaman dulu dengan sekarang adalah banyaknya polusi dan gangguan. Lampu yang menyala, suhu yang panas, tetangga yang berisik bisa mengganggu tidur. Notifikasi sosial media, tugas tipis deadline ataupun klien yang terus meminta revisi juga kerap kali menganggu tidur. Kekurangan duit hingga kepikiran ingin loncat karir atau kerja double shift kadang juga mengganggu ritme tidur.
Intinya, itu-itu adalah noise dunia belaka dan sebenarnya bisa dikerjakan lebih efektif sehabis tidur. Tapi kadang orang terbiasa jadi kelelawar memang sulit diajak tidur seperti orang normal.
Salah satu trik ampuh yang banyak didukung untuk membantu tidur adalah ini:
Yang bisa kita petik dari presentasi itu adalah kita bisa mempercepat tidur dengan cara perlu fokus dengan pikiran yang timbul dari diri sendiri, contohnya dengan cara menghitung.
Ya, aku pernah mencoba itu tapi aku bukan Senku yang tahan menghitung dengan pikiran saja hingga ribuan tahun… lama-lama aku capek juga dan bahkan mengundang konsentrasi yang membuatku gagal untuk tidur.
Aku mencoba cara yang pasif dengan menyetel lagu diorama atau instrumental yang katanya bisa men-trigger getaran alpha yang dapat mempercepat transisi untuk tidur. Yah, kadang bisa sih.
Metode paling ampuh untuk mengundang tidur saat ini adalah menyetel murotal.
Sok agamis ya? Hehe. Selain kebutuhan biar hafal sendiri…. Bisa fokus mendengarkan adalah metode yang paling cepat untuk segera tidur, menurutku. Ibarat seperti mendengarkan adzan subuh…. Siapa yang tidak ingin tidur lagi sekali mendengar lantunan semerdu adzan Subuh?.